TEMPO.CO, Jakarta - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menggunakan prediksi kelembapan udara tiga bulan ke depan untuk memetakan ancaman berkembangnya demam berdarah. Tingginya kelembapan udara berpotensi mendukung pertumbuhan nyamuk Aedes Aegepty, penyebab demam berdarah.
Simak juga :
Wabah Demam Berdarah Melanda, Warga Minta Perhatian Kabupaten Bogor
Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti menuturkan Jakarta Selatan, Timur dan Barat masuk dalam tingkat waspada berkembangnya penyakit itu pada bulan ini. "Ini mempertimbangkan prediksi kelembapan udara tinggi di tiga wilayah itu yang mencapai 76 persen," katanya lewat keterangan tertulis, Senin 21 Januari 2018.
Pada Februari 2019, kemungkinan tingkat insidensi demam berdarah di tiga wilayah yang sama masih waspada. Angka insidensinya antara 4,1 hingga 5,2 dengan perkiraan kelembapan udara mencapai 80 persen.
Widyastuti melanjutkan, kelembapan udara tinggi diprediksi meluas ke lima wilayah ibu kota pada Maret 2019. "Prediksi angka insidensi DBD bulan Maret di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur dalam tetap kategori waspada," ujar dia.
Baca:
Puncak Musim Hujan, RS di Bogor Diinstruksikan Siaga Demam Berdarah
Prediksi kelembapan udara Jakarta dan korelasinya dengan tingkat demam berdarah diteliti atas kerja sama beberapa instansi. Tujuannya untuk mengembangkan model peringatan dini penyebaran penyakit demam berdarah berbasis iklim.
Penelitian dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bersama Dinas Kesehatan DKI dan Institut Teknologi Bandung (ITB).